Jumat, 09 Mei 2014

MAKALAH TRANSISI MENUJU DEMOKRASI


KATA PENGANTAR

Puj isyukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya sehingga kita dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ”Transisi Menuju Demokrasi” sesuai waktu yang sudah di tentukan. Semoga dengan tugas makalah ini kita dapat menambah wawasan tentang kewarganegaraan khususnya “Transisi Menuju Demokrasi”,dimana kita bias lebih mengenal perkembangan demokrasi di Indonesia dari sebelum merdeka sampai sesudah merdeka.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah yang kami buat.Oleh karena itu kami meminta kritik dan saran pembaca, untuk menyempurnakan makalah yang kami buat.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.




I.                   PENDAHULUAN
1.      LATAR BELAKANG
Masalah yang kami bahasa adalah Transisi Menuju Demokrasi yang menjelaskan Proses Politik yang melibatkan berbagai kelompok yang berrjuang untuk memperoleh kekuasaan untuk mendukung atau menentang demokrasi serta tujuan-tujuan lainnya.

2.      TUJUAN
1.      Untuk menambah wawasan kita tentang perkembangan demokrasi.
2.      Untuk menyadarkan kita arti pentingnya perkembangan demokrasi.
3.      Untuk memenuhi tugas kelompok kewarganegaraan.
4.      Untuk meningkatkan Nasionalisme dalam diri kita.

3.      RUMUSAN MASALAH
1.      Pengetian Transisi Menuju Demokrasi.
2.      Gelombang transisi menuju demokrasi
3.      Tipe atau proses Transisi Menuju Demokrasi.
4.      Faktor dan kendala  transisi menuju demokrasi
5.      Pemimpin di masa transisi
6.      Masa Transisi Otoriter-Demokrasi
7.      Pergolakan Politik 1998 Sebagai Masa Transisi
8.      Orde lama – orde baru, reformasi
9.      Faktor Penyebab Munculnya Reformasi
 

II.                PEMBAHASAN

·         Pengertian transisi menuju demokrasi
Dalam Kamus bahasa Latin, “Transisi” berasal dari kata “trans”dan “cendo”. Trans sendiri berarti di seberang, di sebelah sana, dibalik, menyebrangi, sedangkan cendo berarti melangkah ke sesuatu yang lain, berpindah. Jadi transisi berarti melangkah ke seberang, berpindah ke sebelah sana. Pengertian “Transisi” dalam kamus umum Bahasa Inggris karangan John Nt. Echols dan Hasan Shadily adalah peralihan, dari kata “transition” yang juga bisa diartikan dengan masa peralihan atau pancaroba. Apabila terminology “transition” ini digabungkan, dengan istilah “power”; maka padanan kata itu akan menjadi “power transition” yang berarti “peralihan kekuasaan”. Sedangkan jika dipadukan dengan kata demokrasi menjadi “transition to democratic” yang berarti perubahan ke demokrasi atau peralihan ke demokrasi. apabila kata “transition” itu dipadukan dengan kata “democraticy” akan menjadi “transition to democracy ” yang berarti perubahan ke demokrasi atau peralihan ke demokrasi. Yang berubah dan beralih di sini adalah suatu masa atau periode sebelum terjadinya transisi. Periode itu adalah periode sebelum beralih ke demokrasi. Nama dari periode itu adalah periode nondemokrasi, entah itu periode kekuasaan monarki absolut, kekaiseran sulstanistik, patrimonial, kediktatoran pribadi, kediktatoran militer, kediktatoran partai atau model-model lain dari rezim otoritarian. Jadi jelas bahwa defenisi transisi di sini adalah suatu masa peralihan kekuasaan dari kekuasaan otoriter ke kekuasaan demokratik atau dari sistem otoriter ke sistem demokratik..

Atau menurut kami transisi menuju demokrasi, yang pertama dari kata transisi   adalah masa  peralihan dari keadaan (tempat, tindakan, dsb) pada yang lain: masa -- , masa peralihan; masa pancaroba: pada masa -- pada umumnya keadaan belum stabil. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana hak-hak untuk membuat keputusan-keputusan politik digunakan secara langsung oleh setiap warga negara yang diaktualisasikan melalui prosedur Pemerintahan mayoritas, yang biasa dikenal dengan sebutan Demokrasi langsung. Jadi transisi menuju demokrasi adalah suatu keadaan yang ada dalam suatu Negara yang belum dibentuk  pemerintahannya atau suatu keadaan yang ada dalam suatu Negara sebelum demokrasi.

Demokrasi menurut beberapa ahli :
Menurut Samuel Huntington (1991:44), demokratisasi pada tingkatan yang sederhana mencakup (1) sebuah rezim otoriter, (2) dibangunnya sebuah rezim demokrasi, (3) konsolidasi. Jika mengikuti Robert A. Dahl (1991:54), demokratisasi berarti Proses perubahan rezim otoritarian (hegemoni atau pemimpin tertutup )yang tidak memberi kesempatan pada partisipasi dan liberalisasi menuju poliarki yang memberi derajat kesempatan partisipasi dan liberasasi yang lebih tinggi. Transisi demokrasi pada suatu negara menurut Lipset (1963). Terjadi apabila terjadi pertumbuhan ekonomi dan pertambahan masyarakat terdidik.  la beralasan, dengan masyarakat yang telah sejahtera secara ekonomi dan semakin tingginya tingkatan semakin terbuka mekanisme pengambilan keputusan untuk urusan-urusan publik, dan semakin terbukanya  kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam menentukan keputusan yang penting, yang menyangkut kepentingan publik. Argumen yang sama tetapi dengan perspektif dan metode yang berbeda juga diungkapkan oleh Moore (1996) Kalau Lipset lebih bertumpu pada paradigma modernisasi, yang menyetujui lahirnya masyarakat kapitalis, sedangkan Moore, lebih bertumpu pada perubahan cara produksi feodolis ke cara produksi kapitalis. Sedangkan menurut O’Donnell, Schmitte”, dan Whitehead (kelompok sarjana-sarjana kiri) yang memfokuskan studi di Amerika Latin, beranggapan bahwa pembangunan di negara-negara terbelakang dengan kapitalisme barat mensyaratkan adanya stabilitas politik dengan menekan partisipasi massa dalam politik untuk mengamankan pembangunan ekonomi dan modal kapitalis mancanegara. Agen yang paling memungkinkan untuk menciptakan stabilitas politik ini adalah negara. di bawah komando militer. Oleh karena itu demokrasi, di mana peran negara menjadi begitu sentral, sementara massa disingkirkan dari proses menurut O’Donnell pembangunan di negara-negara terbelakang bukannya mendorong politik. O’Donnell menyebut fenomena ini sebagai Bureaucratic autliontarianism. Kritik terhadap Bureaucratic authoritarinnism telah banyak dilakukan, termasuk oleh R. William Liddle dan Saiful Mujani (2000:56), thesis O’Donnell ini dibangun atas dasar pilihan atas kasus (case selection) secara selektif sehingga biasa. O’Donnell tidak menghiraukan pembangunan ekonomi di negara-negara “si Timu.- seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Hongkong pada tahun 80-an. Mereka melakukan demokratisasi di negaranya dengan bertumpu pada ekonomi pasar termasuk di Asia Tenggara negera-negara Bekas Uni Soviet, dan Eropa Timur. Menurut Liddle dan Mujani setelah O’Donnel mengetahui bahwa argumen Bureaucratic autlioritarianism tidak realistik, penghujung tahun 80-an beralih ke pendakatan elite untuk menjelaskan variasi muncul dan stabilnya demokrasi. Mereka berkesimpulan bahwa, munculnya rezim demokasi adalah suatu “kebetulan” sejarah yang tidak bisa dijelaskan. Elit dinilai penting dalarn proses transisi ke rezim demokrasi tetapi kapan elit menjadi pro demokrasi dan kapan tidak, menurutnya tidak bisa dijelaskan. Konsep ini juga telah dikritik oleh Prezeworski dan Lunongi, yang datang juga dari lingkaran Kiri. Elit melakukan pro demokrasi karena mereka menggunakan rational choice theory (teori pilihan rasional) (Almond , 1990:117). Menurut pendekatan ini elit ini, diasumsikan bahwa transisi jadi rezim nondemokrasi ke rezim demokrasi sebagian besar ditentukan oleh inisiatif, kompromi, dan kalkulasi rasional elit politik. Pilihan atas demokrasi dipandang memungkinkan elit mencapai tujuan politiknya. Motif dan kalkulasi elit seperti ini tentu saja akan ditemukan dikalangan elit politik pada umumnya.
Secara urut demokratisasi mencakup beberapa proses atau tahapan yang saling berkaitan, yaitu: liberalisasi, transisi, instalasi dan konsolidasi.
Liberalisasi adalah proses mengefektifkan hak-hak politik yang melindungi individu dan kelompok sosial dari tindakan sewenang-wenang atau tidak sah yang dilakukan oleh negara atau pihak ketiga (O’Donnell & Philippe Schimitter, 1986). Pada tahap ini biasanya ditandai kekuasaan untuk membuka peluang terjadinya kompetisi politik, dilepaskannya tahanan politik, dan diberikannya ruang kebebasan pers.
Ada dua catatan yang bisa diajukan terhadap O’Donnell khususnya pada proses sebelum memasuki tahap transisi. Dia tidak melakukan elaborasi yang menyeluruh mengenai tahap decomposing politics sebelum tahap liberalisasi.
transisi, yaitu titik awal atau interval (selang waktu) antara rezim otoritarian dengan rezim demokrasi. Transisi diawali dengan keruntuhan rezim otoriter lama yang kemudian diikuti dengan pengesahan lembaga politik peraturan politik baru di bawah payung demokrasi. Pada tahap ini ditandai dengan adanya pemilu. Dalam konteks Indonesia tidak partai perubahan format politik baru yang secara diametral berubah dari format masa sebelumnya.
Konsolidasi tahap ini setelah transisi, Proses konsolidasi jauh lebih komplek dan panjang dibandingkan transisi. la merupakan proses yang mengurangi kemungkinan pembalikan demokrasi. Didalamnya diwarnai proses negosiasi. Pada fase ini partai politik perlu melakukan pelatihan terhadap kader-kadernya media massa, asosiasi-asosiasi perdagangan, lembaga-lembaga swadaya masyarakat perlu mengembangkan kapasitasnya untuk bertindak secara mandiri terlepas pada pengaruh negara dan ‘payung’ negara. Pada tahap ini sering juga disebut sebagai tahap kampanye yang digerakkan pada dua front sekaligus. Di satu pihak adalah perjuangan melawan kekuatan-kekuatan anti-demokratis yang mungkin tidak pernah mau mengalah. Di pihak lain adalah perjuangan menampung unsur-unsur yang bersifat memecah belah dari siste  politik itu sendiri, misalnya persaingan memperebutkan jabatan di pemerintahan dan godaan untuk memperlakukan politik sebagai sebuah pertandingan di mana para pemenanglah yang menguasai semua hadiah.
Minimal ada empat komponen atau pilar utama dari demokrasi yang sedang berjalan, yaitu :
a.       pemilihan umum yang bebas dan adil.
b.      pemerintahan yang bertanggung jawab.
c.       hak-hak politis dan sipil , dan
d.      suatu masyarakat yang demokratis atau masyarakat Madani.
Jika transisi hanya menghasilkan otoritarian baru, maka Konsolidasi yang terjadi adalah pemantapan rezim otoriter baru. sebaliknya, jika yang dihasilkan transisi adalah instalati demokrasi maka rezim demokrasi yang baru itu akan dikonsolidasi. Proses konsolidasi jauh lebih komplek dan panjang dibandingkan transisi. la merupakan proses yang mengurangi kemungkinan pembalikan demokrasi. Di dalamnya diwarnai proses negosiasi. Transisi hendak mempromosikan sistem baru ketimbang merusak sistem lama. Transisi adalah tahapan awal terpenting yang sangat menentukan dalam proses demokrasi. Sebagian besar kajian para ilmuwan difokuskan pada transisi menuju demokrasi itu. Dalam transisi pasti terjadi liberalisasi yang mungkin akan diakhiri dengan instalasi demokrasi.

ALGORITMA DAN STRUKTUR DATA 1



Contoh baris program procedure dan fungsi


#include<conio.h>
#include<iostream.h>
#include<iomanip.h>

main()
{
int i,s;
 char nama[5][20];
 float point1[5];
 float point2[5];
 double jumlah[5];

 cout<<"Masukkan jumlah peserta: ";
 cin>>s;
 clrscr();
 for(i=1;i<=s;i++)
 {
 cout<<"Data Ke - "<<i<<endl;
 cout<<"Nama peserta : "; cin>>nama[i];
 cout<<"Point pertama : "; cin>>point1[i];
 cout<<"point kedua : "; cin>>point2[i];
 jumlah[i] = (point1[i] * 0.40)+ (point2[i] * 0.60);
 cout<<endl;
 }
 cout<<"___________________________________________________"<<endl;
 cout<<"No. Nama peserta   point point    jumlah"<<endl;
 cout<<" Babak final"<<endl;
 cout<<"___________________________________________________"<<endl;
 for(i=1;i<=s;i++)
 {
 cout<<setiosflags(ios::left)<<setw(4)<<i;
 cout<<setiosflags(ios::left)<<setw(20)<<nama[i];
 cout<<setprecision(2)<<" "<<point1[i];
 cout<<setprecision(4)<<" "<<point2[i];
 cout<<setprecision(8)<<" "<<jumlah[i]<<endl;
 }

 cout<<"______________________________________";
 cout<<"__"<<endl;
 getch();

}
Ini adalah hasil outputnya :


 
Copyright 2009 Note Diana. Powered by Blogger
Blogger Templates created by Deluxe Templates
Wordpress by Wpthemescreator